Makalah Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

 

Akhir-akhir ini, di zaman dimana kita berlomba-lomba mencari kebahagiaan di dunia, terkadang kita melupakan tempat terakhir kita yaitu akhirat. Kita begitu sibuk sampai meninggalkan kewajiban kita yaitu beriman kepada Allah SWT dengan menjalankan segala macam perintah wajib dan sunnah-Nya setiap hari tanpa mengesampingkannya hanya untuk urusan dunia.

Terkadang banyak orang yang tidak mengetahui bahwa segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT itu akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Mereka terlalu fokus pada urusan dunia dan mengesampingkan perihal keagamaan, padahal ketika mengetahui tentang keimanan dan hubungan antara keimanan dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita maka akan ada dua hal atau lebih keuntungan yang akan kita dapatkan.

Yang pertama adalah bahwa kita akan insya allah diberikan kesalamatan di dunia dan akhirat. Dan yang kedua adalah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari maka perasaan damai dan tentram selalu berada dalam diri kita. Dalam kehidupan, kita tidak hanya dituntut baik dalam beretika, namun secara spiritual pun kita juga butuh akan hal itu. Karena apabila kita memiliki sisi spiritual yang baik, maka dapat dipastikan kita akan menjadi orang yang baik pula.

Tingkat baik maupun buruk orang dapat diketahui salah satunya melalui sisi religiusitas atau spiritualitas. Dan tingkat spiritualitas dapat diukur dengan paham tidaknya kita terhadap keimanan yang kita pegang sejak kita pertama datang ke dunia ini. Namun pada kenyataannya, tingkat keimanan seseorang tidak dapat hadir karena paksaan. Hal ini disebabkan, keimanan seseorang berasal dari jiwa atau Qalbu. Keimanan ada pada dalam diri dan kepercayaan yang tidak mudah digoyahkan. Hal ini tidaklah cukup hanya melalu ucapan semata, tapi juga memerlukan pembuktian melalui amalan.

 

1.2    Rumusan Masalah

 

Adapaun rumusan masalah makalah ini, antara lain:

a.       Pengertian Iman

b.      Hubungan Iman dan Islam

c.       Rukun Iman

d.      Sifat-sifat Orang yang Beriman

e.       Pengaruh Iman dalam Kehidupan

f.        Manfaat Iman Bagi Kehidupan

g.       Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan


 

 

1.3    Tujuan

 

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas pertama pada mata kuliah Kemuhammadiyahan I mengenai Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan yang kemudian kami harapkan juga kita lebih memahami tentang iman yang mempunyai pengaruh besar pada kehidupan kita.

Lebih rincinya, tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain

a.       Mengetahui dan mengerti apa itu definisi Iman

b.      Mengetahui dan mengerti hubungan antara Iman dan Islam

c.       Mengetahui dan mengerti Rukun Iman

d.      Dapat mengetahui sifat-sifat dari orang yang beriman

e.       Mengetahui Pengaruh Iman dalam Kehidupan

f.        Mengetahui manfaat Iman bagi kehidupan

g.       Dan tahu apa saja hal yang dapat meningkatka keimanan

 

1.4    Manfaat Penulisan

 

Dari penulisan dan penyusunan makalah ini, diharapkan makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi pembuat melainkan bagi pembaca sekalian. Agar kita semua menjadi tahu dan mengerti betul tentang Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan kita sehari-hari. Dan kami harap kita setelah membaca makalah ini, bisa lebih meningkatkan keimanan kita dan tidak mengesampingkan perihal keagamaan karena bagaimanapun kita hidup hanya sementara di dunia ini dan kita kekal kelak di akhirat.


 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Iman

 

Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.

Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.

 

Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ  يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ 

“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman kepada Allah dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka tidak sadar.

 

Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan hatinya tidak beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:

 

إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلاً۬

“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu mereka. Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri dengam malas, mereka ria (mengambil muka) kepada manusia dan tiada mengingat Allah melainkan sedikit sekali”.


 

 Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-jawatih, artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan pembenaran hati, dan mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan anggota badan.

Contoh iman model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid, 57:19:’

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۤ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ‌ۖ وَٱلشُّہَدَآءُ عِندَ رَبِّہِمۡ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ‌ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَڪَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَحِيمِ

“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang- orang yang Shiddiqien”.

 

Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al- Qur’an kata iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada ucapan, iman sebatas pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan. Perbuatan dan keyakinan dalam hati.

 

2.2    Hubungan Iman dan Islam

 

Kata islam sebagaimana diketahui berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang artinya berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah. Orang yang melakukan demikian selanjutnya disebut muslim.

Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan untuk melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti ini, karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya, namun beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.

Hal ini misalnya terlihat pada ayat:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وللَّهَِ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

 

Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman dan islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati, sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.

 

 

2.3    Rukun Iman

 

Secara harfiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan yang mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan tersebut.

Allah berfirman dalam QS. Al- Baqarah,2 : 177,yaitu:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab- kitab, Nabi-nabi….”

 

Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi. Disitu tidak disebutkan rukun iman yang ke enam, yaitu beriman kepada qada dan qadar.

2.4    Sifat-sifat Orang yang Beriman

 

Adapun sifat-sifat orang yang beriman, antara lain:

a.       Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah karena cobaan.

b.      Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.

c.       Senang mencari dan menambah ilmu.

d.      Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal soleh yang dikerjakannya belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.

e.       Sederhana dan selalu menjaga kebersihan.


 

 

2.5    Pengaruh Iman dalam Kehidupan

 

Iman merupakan satu kata ibarat bunyi dawai yang bergema dan menggerakkan jiwa orang muslim, membuatnya rindu kepada-Nya, membuat sanubarinya bergerak, kakinya melangkah dan perhatiannya tertuju kepada-Nya. Ini merupakan medan yang menjadi ajang perlombaan, dan hendaklah orang yang suka berlomba, bertanding padanya (Ibnu Taiyimah, 2007).

Allah memerintahkan hamba memohon perlindungan kepada-Nyaa ketika dia mencari kebaikan, agar syetan tidak menghalang-halangi dari kebaikan itu , dan ketika digoda oleh keburukan, dia dapt disingkirkan darinya. Maksudnya ketika hamba hendak melakukan kebaikan dan ketika syetan menyuruhnya melakukan keburukan.

Seorang yang beriman maka ia akan senantiasa berlindung kepada allah dari syetan, ketika mengerjakan kebaikan atau ketika ada hasrat mengerjakan keburukan.Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar.

Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

a.       Iman Melenyapkan Kepercayaan Pada Kekuasaan Benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7 .

 

b.      Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS 4 (al-Nisa’):78

 

c.       Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya.

 


 

d.      Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.

 

e.       Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-An’am/6:162.

 

f.        Iman memberi keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.

 

g.       Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Menurut Drs. Masjfuk Zuhdi, dalam karangannnya yang berjudul Studi Islam,  ia mengemukakan beberapa pengaruh iman kepada Allah terhadap kehidupan seseorang, yaitu:

a.       Iman kepada Allah mendorong sseorang untuk bertakwa kepada-Nya dengan jalan melaksanakan segalah perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

b.      Iman kepada Allah akan menimbulkan kekuatan batin, ketabahan, keberanian dan harga diri pada seseorang, sebab ia yakin bahwa Allah sajalah Yang Maha Kuasa, yang menentukan segala-galanya di alam semeesta ini.

c.       Iman kepada Allah akan mendatangkan rasa tentram, aman, dan damai dalam hati seseorang, karena ia telah menyerahkan diri sepenuhhnya kepada allah SWT untuk melindungi keamanannya dan mencukupi segala kebutuhannya.

 


 

Salah satu pengaruh Iman, adalah menjauhkan seseorang dari perbuatan maksiat, kerena ketika di dalam hatinya memiliki benteng dan pondasi yang kuat (iman) maka tidak ada satupun yang dapat menyingkirkannya, baik itu dari godaan setan ataupun pengaruh hawa nafsu. Nabi Saw. bersabda:

Tidak berzina orang yang beriman itu, tidak mencuri orang yang beriman itu, dan tidak minum-minuman keras bagi orang yang minum sedang  dalam keadaan beriman”.(HR. Bukhari dan Muslim).

 

Selain hal-hal yang telah dijelaskan diatas, masih banyak pengaruh-pengaruh lain, diantaranya adalah :

a.       Menghiasi diri orang yang beriman dengan budi pekerti yang baik, jauh dari kehidupan dan hal-hal yang tidak berguna.

Sebagaimana Allah berfirman “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Karni berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah rnasyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122)

 

b.      Menjadi sumber ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang, kerana ia sejalan dengan fitrah dan seiring dengan tabiatnya.

Menjadi sumber kebahagiaan bagi masyarakat, kerana ia mengukuhkan ikatan-ikatan masyarakat, merapatkan tali kekeluargaan dan membersihkan perasaan-perasaan dari sifat-sifat tercela. Sebagaimana firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

 

c.       Sucinya hati dan kejernihan jiwa dari persangkaan-persangkaan, khurafat dan takhayul.

Dengan begitu ia akan jernih dan bersih sesuai fitrahnya, keadaannya akan meningkat dengan karamah yang ada padanya. Maka setiap rasa tunduk dan khusyu’ di dalamnya untuk menyatukan arah kepada Penciptanya, yang memiliki karunia atas dirinya dan atas seluruh makhluk, serta menjamin kepentingan mereka semua. Bilamana ia merasakan pada dirinya keutuhan penciptaan dan tenjaminnya rezeki maka sirnalah (lenyaplah) ikatan-ikatan takhayul, takut dan harapannya dari makhluk lain, baik para pembesar manusia maupun bayangan menakutkan yang diciptakan oleh daya khayal yang disangka ada pada benda-benda langit (planet dan binatang), pepohonan, bebatuan dan sejenisnya, atau kuburan dari ahli kubur yang dikeramatkan. Maka dengan iman itu ia akan bergantung kepada Allah, Tuhan Yang Maha haq, dan akan berpaling dari yang selain-Nya. Maka bersatulah manusia dalam ketergantungan (ta’alluq) dan tujuan (hadaf), serta hilanglah dorongan-dorongan untuk bersaing dan berselisih.

 


 

d.      Menampakkan kemuliaan (izzah) dan kekebalan (mana’ah).

Orang yang beriman percaya bahwa dunia adalah mazra’atul akhirah (ladang untuk akhirat), seperti dalam firman Allah,

“Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 110)

 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 7-8).

 

e.       Berhias dengan akhlak mulia.

Sesungguhnya iman seseorang kepada suatu kehidupan sesudah kehidupan duniawi ini dan di sana akan dibalas segala perbuatan akan membuat dia merasa bahawa hidupnya mempunyai tujuan dan makna yang tinggi. Suatu perkara yang dapat mendorongnya untuk berbuat baik, berbudi luhur dan berhias dengan keutamaan, menjauhi kejahatan dan melepas pakaian kehinaan. Dengan demikian akan terwujudlah peribadi yang utama dan masyarakat yang mulia serta negara yang makmur.

 

f.        Bersemangat, giat serta rajin bekerja.

Sesungguhnya orang yang beriman kepada qadha’ Allah dan qadar-Nya, mengetahui kaitan antara sebab dan akibat, mengerti nilai amal, kedudukan dan keutamaannya, ia akan mengetahui bahawa di antara taufik Allah bagi manusia adalah petunjuk-Nya untuk mengupayakan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepada tujuan. Dan dia tidak akan berputus-asa apabila ada sesuatu yang tidak dia capai, sebagaimana dia tidak akan lupa diri dan sombong apabila berhasil meraih keuntungan dunia, sebagai wujud dan iman kepada firman Allah SWT

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan din.” (Al-Hadid: 22-23)

 

 


 

2.6    Manfaat Iman bagi Kehidupan

 

Berikut ini merupakan Manfaa Iman bagi kehidupan kita, antara lain:

a.       Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa

b.      Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama dan akan meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.

c.       Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain

d.      Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.

e.       Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan yang baik,adil dan makmur.

f.        Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi.

g.       Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.

h.       Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.

 

2.7    Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan

 

Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan seseorang, antara lain:

a.       Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya, maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada Allah SWT.

b.      Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang merancang, menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah.

c.       Senantiasa menuingkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-Nya.


 

 

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

3.2    Saran


 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah AD & ART Muhammadiyah - Kemuhammadiyahan II

Makalah Karya Monumental Umat Islam dalam Perkembangan IPTEKS - Kemuhammadiyahan III